“Aku titip Rania, Mas. Jangan lupa... dia masih kecil. Dia butuh kamu.”
Kata-kata itu adalah pesan terakhir Tari sebelum mengembuskan napas terakhirnya. Tari pergi setelah melahirkan putri pertama mereka, Rania. Bagi Arya, kehilangan istrinya adalah luka yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia kehilangan cinta sejatinya di saat seharusnya mereka merayakan kehidupan baru sebagai keluarga kecil.
Hari-hari setelah Tari pergi terasa seperti kabut. Arya berjuang sendiri membesarkan Rania, bayi mungil yang menjadi alasan ia tetap bangun setiap pagi. Namun, kelelahan itu nyata. Di tengah rasa putus asa, datang Hana, adik Tari.
“Mas Arya, biar aku bantu ya,” kata Hana suatu pagi, ketika ia datang membawa makanan dan membantu memandikan Rania. Arya awalnya menolak. Ia tak mau merepotkan Hana, apalagi membuatnya mengorbankan waktu kuliahnya. Tapi Hana bersikeras.
“Mas, aku tahu kamu kuat. Tapi nggak ada salahnya berbagi beban. Aku cuma mau bantu Rania tumbuh bahagia,” ucap Hana, meyakinkan Arya.
Seiring waktu, Hana menjadi sosok yang sangat penting di rumah Arya. Ia bukan hanya membantu mengurus Rania, tetapi juga menjadi teman bicara untuk Arya yang masih sering merasa kehilangan. Hari-hari bersama Hana membawa warna baru dalam hidup Arya, meski ia tahu, rasa bersalah terhadap Tari masih membayangi hatinya.
“Mas Arya,” kata Hana suatu malam, ketika mereka duduk di teras rumah setelah menidurkan Rania. “Aku nggak tahu apakah ini salah, tapi aku rasa... aku mulai merasakan sesuatu untuk Mas.”
Arya terkejut. Ia memalingkan wajah, mencoba mencari kata-kata.
“Hana, aku... aku nggak tahu. Aku masih mencintai Tari. Tapi aku nggak bisa bohong, aku merasa hidup lagi sejak kamu ada di sini,” jawab Arya dengan suara pelan.
Hana tersenyum kecil. “Aku nggak ingin menggantikan Mbak Tari. Dia akan selalu jadi cinta pertama Mas. Tapi kalau Mas mau, aku ingin menjadi bagian dari hidup kalian—kamu dan Rania.”
Malam itu, Arya berpikir keras. Apakah ini yang Tari maksud ketika ia memintanya menjaga Rania? Apakah ini jawaban dari semua doa yang ia panjatkan selama ini?
Beberapa bulan kemudian, Arya memutuskan untuk melangkah. Ia dan Hana menikah dalam sebuah acara kecil di rumah keluarga. Banyak yang menganggap keputusan itu aneh, tapi Arya yakin bahwa Tari pasti mengerti.
Di hari pernikahan mereka, Arya berdiri di depan makam Tari sambil membawa bunga.
“Tari, aku tahu ini nggak pernah ada dalam rencana kita. Tapi aku percaya kamu kirim Hana untuk aku dan Rania. Aku janji, aku akan tetap menjaga keluarga kita seperti yang kamu minta,” bisiknya, menahan air mata.
Kini, Arya, Hana, dan Rania menjalani hidup bersama. Mereka tahu bahwa cinta Tari selalu ada, tak tergantikan, tetapi kehadiran Hana adalah cara untuk melanjutkan janji yang tak pernah selesai.